Tag: Pemicunya

Pantesan Banyak Penyakit Jantung di Usia Muda, Ternyata Ini Pemicunya


Jakarta

Penyakit jantung dikenal sebagai momok mengerikan. Sebab selain datang mendadak tanpa gejala serta memiliki tingkat fatalitas yang tinggi, penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia. Nyatanya kini, tak sedikit pengidap penyakit jantung adalah orang-orang berusia muda.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus Guru Besar Aritmia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Yoga Yuniadi, menjelaskan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai tak lain fibrliasi atrial atau kelainan irama jantung. Orang-orang dengan kelainan ini berisiko besar mengalami stroke. Tak terkecuali, orang-orang berusia muda yang masih dalam usia produktif.

“Fibrilasi atrium ini kelainan irama jantung, kelainan listrik jantung. Jadi jantung berdenyut karena ada listriknya. Kalau denyutannya atau sistem listrik jantung itu mengalamai masalah, salah satu bentuknya adalah fibrilasi atrium,” ujarnya dalam konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2023, Selasa (26/9/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Faktor risiko terjadinya fibrliasi atrium ada banyak. Merokok, diabetes, hipertensi, tapi juga umur. Umur di atas 60 kalau di negara barat menjadi faktor risiko. Tapi di kita, usia 40-60,” imbuh dr Yoga.

Kenapa Usia Muda Rentan Kena Penyakit Jantung?

Dalam kesempatan tersebut juga dr Yoga menjelaskan, mengacu pada riset, pengidap fibrilasi atrial di Indonesia cenderung berusia lebih dini dibandingkan di negara-negara barat. Berbeda dengan di negara barat yang kebanyakan pasiennya berusia 60 tahun ke atas, pengidap pasien fibrilasi atrial di Indonesia kebanyakan berkisar usia 40 hingga 60 tahun, yang masih dalam usia produktif dan mungkin masih ada di puncak karir.

Menurutnya, kondisi tersebut tak terlepas dari gaya hidup serba mager alias ‘sedentary life-style’. Terlebih, padatnya kesibukan masyarakat di Jakarta misalnya, membuat masyarakat tak punya waktu untuk berolahraga.

“Banyak studi membuktikan ada pengaruh sedentary life-style, kebiasaan malas gerak. Kita tahu sendiri teknoloi semakin canggih dengan gampangnya pesan makanan lewat genggaman jari kita. Sekarang kita semakin dimanjakan,” ujar dr Yoga.

“Sehari-hari kita di Jakarta ini berangkat kerja jam 6 pagi, pulang sudah maghrib capek. Nggak sempat olahraga. Kondisi seperti ini turut memicu penyakit jantung,” pungkasnya.

Jangan lewatkan webinar free of charge tentang manfaat jalan kaki bagi jantung, Selasa, 26 September 2023 pukul 16.00 WIB, dan menangkan hadiah menarik bagi penanya yang beruntung. Selengkapnya CEK DI SINI.

Simak Video “Faktor Risiko Penyakit Jantung yang Bisa Diubah dan Tidak
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Mr P Mendadak Loyo di Tengah Sesi Bercinta Bikin ‘Flip Off’, Bisa Jadi Ini Pemicunya


Jakarta

Kehilangan ereksi selama berhubungan seksual adalah hal yang mungkin membuat beberapa pria khawatir, tetapi sebenarnya sangat umum terjadi. Kondisi ini terjadi ketika pria tidak dapat mempertahankan tekanan pada penis dan kemungkinan juga salah satu gejala dari disfungsi ereksi.

Pertama-tama, penting bagi seorang pria memahami bagaimana ereksi dapat terjadi. Proses ereksi melibatkan otak, pembuluh darah, hormon dan saraf. Umumnya, ereksi dimulai dengan rangsangan seksual, kondisi ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke penis dan penurunan aliran darah keluar dari penis. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah dan membuat penis menjadi tegang.

Kehilangan ereksi terjadi ketika pria tidak dapat mempertahankan peningkatan tekanan darah pada penis. Namun, perlu diketahui bahwa kehilangan ereksi tak selalu menandakan adanya disfungsi ereksi.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kehilangan ereksi saat berhubungan seksual, seperti hilangnya stimulasi yang diakibatkan oleh bagian otak, karena tidak dapat mengirimkan sinyal saat pria mendapatkan rangsangan seksual.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan pria kehilangan ereksi, diantaranya adalah riwayat penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes yang mana kondisi tersebut dapat mempengaruhi pembuluh darah.

Gaya hidup juga bisa menjadi faktor seorang pria kehilangan ereksi, seperti kelebihan berat badan, kurang olahraga dan kebiasaan merokok yang dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah serta mempengaruhi kondisi ereksi.

Faktor psikologis juga dapat mempengaruhi terjadinya kehilangan ereksi, seperti stres, permasalahan dalam hubungan dan depresi.

Kehilangan ereksi dapat diatasi dengan mengubah gaya hidup, mengonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga, mengelola stres, berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

Bantuan dari terapis atau konselor juga dapat menolong jika ada faktor psikologis yang mempengaruhi ereksi seseorang. Terapis dapat melakukan tindakan untuk mengatasi kecemasan performa dan meningkatkan kualitas hubungan.

Simak Video “Klinik Pengobatan Mak Erot Juga Bisa Tangani Keluhan Mr P Patah
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Sulut Juara 1 Kasus Obesitas di RI, Kemenkes Beberkan Kemungkinan Pemicunya


Jakarta

Berdasarkan knowledge Riskesda tahun 2018, Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka kasus obesitas tertinggi di dunia. Tercatat, 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas.

Dari knowledge tersebut, Sulawesi Utara menjadi daerah dengan kasus obesitas tertinggi di Indonesia. Information ini didapat berdasarkan indeks massa tubuh.

“Indeks massa tubuh ini didapatkan dari berat badan dalam kilogram, dibandingkan dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan,” ungkap Kepala Seksi Penyakit Diabetes Melitus Kemenkes RI dr Esti Widiastuti dalam konferensi pers, Selasa (11/7/2023).

“Jadi, kalau ini yang kita ambil dari knowledge Riskesda ini lower off dari indikator obesitas dewasa dengan indeks massa tubuh lebih dari 27. Kita sudah melihat hampir seperlima penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia dengan obesitas,” jelasnya.

Kenapa Lebih besar di Sulawesi Utara dibandingkan DKI Jakarta?

Dari knowledge Riskesdas, posisi DKI Jakarta berada di posisi kedua. Sementara di posisi tertinggi adalah Sulawesi Utara.

“Sulawesi Utara dibandingkan Jakarta dan Papua, dibandingkan jumlah penduduk ini juga bisa dikaitkan adat dan kebiasaan,” kata dr Esti.

Kebiasaan ini bisa berupa setiap berpesta, di beberapa daerah mungkin menyediakan makanan tradisional lebih banyak dan melimpah. Makanan ini mungkin lebih banyak mengandung karbohidrat dan gula.

Ini juga yang kemungkinan membuat angka obesitas di satu daerah, seperti Papua dan Sulawesi Utara lebih menonjol.

Berikut 10 wilayah yang memiliki kasus obesitas terjadi di Indonesia:

  • Sulawesi Utara
  • DKI Jakarta
  • Papua Barat
  • Kepulauan Riau
  • Kalimantan Utara
  • Sumatera Utara
  • Maluku Utara
  • Gorontalo
  • Aceh
  • Riau

Simak Video “Simak Cara Pencegahan Obesitas pada Bayi, Balita dan Anak!
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

Kenapa saat Berhubungan Intim Keluar Darah? Ini Kemungkinan Pemicunya

Jakarta

Kala bercinta, pendarahan bisa dialami oleh sejumlah wanita. Hal ini seringkali membuat banyak wanita khawatir, terutama bila sumber darah tersebut bukan dari menstruasi. Banyak yang kerap mempertanyakan kenapa saat berhubungan intim keluar darah dan apakah hal ini ada kaitannya dengan penyaki tertentu? Berikut penjelasannya.

Dikutip dari Healthline, pada dasarnya pendarahan pada vagina saat atau setelah berhubungan seks merupakan hal yang banyak terjadi. Pendarahan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi vagina yang kering, sobekan pada vagina, infeksi, atau pertumbuhan pada uterus, termasuk pertumbuhan sel kanker atau polip.

Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicu saat berhubungan intim keluar darah.

1. Vagina kering

Berbagai faktor bisa membuat vagina menjadi kering, salah satunya akibat dari perubahan hormon yang dialami oleh wanita setelah melahirkan, menyusui, atau wanita yang memasuki fase menopause. Selain itu, gesekan dari penetrasi yang dilakukan sebelum ereksi juga bisa menyebabkan luka pada vagina.

Di luar itu, kemoterapi juga bisa merusak ovarium sehingga tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang juga bisa menyebabkan vagina menjadi kering.

Berhubungan seks saat vagina dalam kondisi kering bisa menimbulkan robekan pada jaringan vagina yang tergolong sensitif. Hal ini bisa membuat terjadinya pendarahan dan menimbulkan rasa sakit saat bercinta.

2. Kontrasepsi

Kontrasepsi hormonal juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pendarahan saat berhubungan seks. Hal ini tergolong regular, terutama saat baru mulai menggunakan atau menggunakan kontrasepsi dalam bentuk alat yang ditanamkan dalam rahim, seperti intrauterine hormonal gadget (IUD) atau implan. Seiring dengan tubuh yang mulai menyesuaikan, umumnya pendarahan akan berhenti dengan sendirinya.

Selain itu, beberapa jenis kontrasepsi juga bisa memicu kondisi vagina yang kering. Hal ini juga bisa menyebabkan gesekan yang membuat luka pada vagina sehingga terjadi pendarahan.

3. Infeksi menular seksual (IMS)

Beberapa jenis infeksi menular seksual bisa menimbulkan pendarahan, terutama setelah seks. Terlebih jika infeksi ini menyebabkan peradangan atau pembengkakan pada space serviks atau leher rahim yang disebut sebagai servisitis.

Infeksi menular seksual lainnya, seperti klamidia, gonore, herpes, dan trikomoniasis juga bisa menyebabkan iritasi pada serviks yang juga bisa memicu kondisi servisitis.

Gonore dan klamidia bisa memicu terjadinya radang panggul yang juga bisa menimbulkan pendarahan di antara masa menstruasi, pendarahan saat seks, rasa sakit pada pinggul, dan keputihan atau bau yang tidak biasa. Bahkan, bila tidak diobati, kondisi ini juga bisa menyebabkan infertilitas atau ketidaksuburan.