Search: “king of the dot”

We found 2 results for your search.

Diidap Indra Bruggman hingga Sempat Bikin BB Menyusut, Begini Gejala Hipertiroid

Jakarta

Artis Indra Bruggman beberapa waktu lalu sempat menjadi sorotan lantaran tubuhnya yang kurus. Bukan tanpa sebab, hal itu terjadi karena dirinya mengidap hipertiroid.

Namun setelah menjalani pengobatan, Indra mengungkap kini kondisinya sudah jauh lebih baik meskipun ada salah satu bagian tubuhnya yang sedikit berbeda imbas hipertiroid.

“Sudah ke dokter dan sampai sekarang kondisinya sudah stabil lagi, cuma di bagian mata agak sedikit celong. Makanya saya pakai kacamata ke mana-mana bukan saya mau gaya-gaya,” katanya dalam acara Rumpi No Secret Trans TV.

Begitu juga dirinya tetap harus minum obat hingga diminta tak stres.

“Alhamdulillah sekarang sudah naik berat badannya, stabil, bahkan lebih bulking lagi karena saya rajin,” tuturnya.

Gejala Hipertiroid

Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yaitu triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4), secara berlebihan.

Dikutip dari Cleveland clinic, hormon tiroid dalam tubuh berperan sebagai pengendali proses metabolisme, seperti mengatur suhu tubuh, mengolah nutrisi pada makanan menjadi energi, serta mengendalikan denyut jantung.

Apabila kadar hormon tiroid dalam tubuh melebihi batas regular, maka proses metabolisme menjadi bekerja terlalu cepat. Inilah yang menyebabkan pengidapnya memiliki berat badan rendah serta jantung yang berdetak lebih cepat.

Adapun gejalanya, seperti:

  • Detak jantung cepat (palpitasi).
  • Merasa gemetar dan/atau gugup.
  • penurunan berat badan
  • Nafsu makan meningkat.
  • Buang air besar lebih sering atau diare.
  • Kulit tipis, hangat, dan lembab.
  • Perubahan menstruasi.
  • Intoleransi terhadap panas dan keringat berlebih.
  • Masalah tidur.
  • Pembengkakan dan pembesaran leher akibat pembesaran kelenjar tiroid (gondok).
  • Rambut rontok dan perubahan tekstur rambut (rapuh).
  • Mata menonjol (terlihat pada penyakit Graves).
  • Kelemahan otot.

Simak Video “Salah Satu Strategi Menkes Budi Jika Pandemi Datang Lagi
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Gizi Optimum untuk Generasi Milenial

Pemberian Fe kepada remaja untuk mengatasi kekurangan zat gizi mikro

Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-60 dijadikan sebagai momentum menyebarluaskan informasi dan promosi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi yang optimum. Meningkatkan pengetahuan dan peran aktif masyarakat khususnya generasi milenial tentang kesehatan dan gizi.

Dir Gizi Masyarakat Dhian Probhoyekti mengatakan masalah gizi pada ibu hamil juga akan sangat mempengaruhi perkembangan otak anak, produktivitas dan kinerja di sekolah yang dapat berakibat mengurangi kemampuan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di kemudian hari. ”Gizi baik menjadi landasan setiap individu mencapai potensi maksimal yang dimiliki,” katanya, Jumat (24/1).

Hari Gizi Nasional tahun ini bertema ”GIZI Optimum untuk Generasi MILENIAL”. Upaya perbaikan gizi pada remaja yang dilaukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor non kesehatan lainnya.

Indonesia membutuhkan remaja yang produktif, kreatif, serta kritis demi kemajuan bangsa. Hal tersebut hanya dapat dicapai apabila remaja sehat dan berstatus gizi baik. Remaja sehat bukan hanya dilihat dari fisik tetapi juga kognitif, psikologis dan sosial. Periode remaja merupakan home windows of alternative kedua yang sangat sensitif dalam menentukan kualitas hidup saat menjadi individu dewasa dan juga dalam menghasilkan generasi selanjutnya.

Sebagian besar remaja menggunakan waktu luang mereka untuk kegiatan tidak aktif, sepertiga remaja makan cemilan buatan pabrik atau makanan olahan, sedangkan sepertiga lainnya rutin mengonsumsi kue basah, roti basah, gorengan, dan kerupuk.

Perubahan gaya hidup juga terjadi dengan semakin terhubungnya remaja pada akses web, sehingga remaja lebih banyak membuat pilihan mandiri. Pilihan yang dibuat seringkali kurang tepat sehingga secara tidak langsung menyebabkan masalah gizi.  Saat ini Indonesia mempunyai tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting, losing dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.

Information Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan standing gizi pendek dan sangat pendek. Selain itu terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-18 tahun.

Masalah gizi, yaitu gizi kurang maupun gizi lebih, akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. Bila masalah ini berlanjut hingga dewasa dan menikah akan berisiko mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya.

Sebagai contoh ibu anemia dan atau kurang energi kronik berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan, menderita penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari.

Perbaikan gizi pada remaja melalui intervensi gizi spesifik seperti pendidikan gizi, fortifikasi dan suplementasi serta penanganan penyakit penyerta perlu dilakukan. Tujuannya untuk meningkatkan standing gizi remaja, memutus rantai inter-generasi masalah gizi, masalah penyakit tidak menular dan kemiskinan. Untuk melakukan intervensi tersebut, salah satu upaya yang telah dilakukan di Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah dengan menggalakkan kegiatan posyandu remaja (RW)

Sumber : Kemkes.go.id

The submit Gizi Optimum untuk Generasi Milenial appeared first on Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu.